Rasanya baru kemarin
Padahal sudah lebih setengah abad lamanya
Menteri-menteri yang dulu suka korupsi Sudah banyak yang meneriakan reformasi
Rasanya baru kemarin
Rakyat yang selama ini terdaulat sudah semakin pintar mendaulat pemerintahan yang tak kunjung merakyatpun terus dihujat
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tiga tahun lamanya
pembangunan jiwa masih belum tersentuh, padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan sudah mulai runtuh
Kemajuan semu sudah semakin menyeret dan mengurai
Pelukan kasih ibu bapak
Dari anak-anak kandung mereka
Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi sudah menutup mata
Banyak saudara terhadap saudaranya
daging yang selama ini terus dimanjakan
Kini sudah mengerikan ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya
masyarakat kemarin yang diam-diam menyaksikan para penguasa sewenang-wenang kini sudah pandai menirukan
Tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya, semakin bertambah pengaruhnya
mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda
Kepentingan pribadi dan golongan sudah semakin melecehkan kebersamaan
rasanya baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
Pahlawan-pahlawan idola bangsa seperti Pangeran Diponegoro, Sisingamaraja, Imam Bonjol, dan Jendral Sudirman sudah dikalahkan oleh doraemon, Conan, Teletubbies, dan sinchan
Rasanya baru kemarin, banyak orang pandai sudah semakin linglung
banyak orang bodoh semakin bingung
Banyak orang kaya semakin kekurangan
banyak orang miskin semakin kecurangan
Rasanya baru kemarin,
tokoh angkatan empat lima sudah banyak yang koma
tokoh angkatan enam-enam sudah banyak yang terbenam
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah tak jelas maunya
rasanya baru kemarin
(hari ini ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua, sudahkah kalian semua benar-benar merdeka?)
Rasanya baru kemarin
Negeri zamrud khatulistiwa kita yang manis sudah terbakar nyaris habis dilalap krisis dan geram anarkis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan, sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri, sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan, banyak yang tak rela sendiri kesulitan
mereka yang kemarin mengecam pelecehan hukum, kini sudah banyak yang pintar melecehkan hukum
Rasanya baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
unjuk rasa mahasiswa-mahasiswa penjaga nurani, sudah dikaburkan oleh demo yang tak murni
para oportunis pun mulai bertampilan, berebut jadi pahlawan
pensiunan-pensiunan politisi sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan dalam reinkarnasi
rasanya baru kemarin
tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang mulai menjelma, tokoh-tokoh orde baru mulai menyaru
Rasanya baru kemarin
Pak Harto yang kemarin kita tuhankan, sudah menjadi pesakitan yang sakit-sakitan dan kini tinggal nama
bayang-bayangnya kini sudah berani pergi sendiri atau lenyap seperti disembunyikan bumi
tapi ajaran liciknya sudah mulai dipraktekkan oleh tokoh-tokoh yang merasa tertekan
Rasanya baru kemarin
Wakil rakyat yang kemarin hanya tidur, kini sudah pandai mengatur dan semakin makmur atas kepandaian mereka berdagang sapi, kepentingan-kepentingan merekapun terkemas dalam peratauran yang rapi
hasil reformasi yang dilakukan oleh para politisi, telah menghasilkan kerancuan konstitusi
Kini siapapun bisa menjadi presiden atau menteri, termasuk gelandangan, preman, dan pencuri
Bursa calon presiden pun ramai luar biasa
jendral-jendral berbintang hingga para pengusaha
seniman dan cendekiawan hingga bintang senitron tak mau hanya mengamati dan menonton
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tiga tahun kita merdeka
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang selama ini tiarap ketakutan, sudah banyak yang muncul kepermukaan
mereka kemarin yang terbelenggu sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa sudah mulai banyak yang alpha
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tiga tahu kita merdeka
Indonesia kita masih dikuasai cukong kepentingan dan bokong
Orang tuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku dan kawan-kawanku sudah mulai muak menjadi politikus
aku sendiri masih tetap menjadi tikus
rasanya baru kemarin, ternyata sudah enam puluh tiga tahun kita merdeka
(hari ini setelah enam puluh tiga tahun kita merdeka, ingin rasanya aku mengajak kembali mereka semua yang kucinta untuk mensyukuri lebih dalam lagi rahmat kemerdekaan ini dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani diri sendiri bagi merahmati sesama, ingin rasanya aku sekali lagi menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa : Merdeka!)
Padahal sudah lebih setengah abad lamanya
Menteri-menteri yang dulu suka korupsi Sudah banyak yang meneriakan reformasi
Rasanya baru kemarin
Rakyat yang selama ini terdaulat sudah semakin pintar mendaulat pemerintahan yang tak kunjung merakyatpun terus dihujat
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tiga tahun lamanya
pembangunan jiwa masih belum tersentuh, padahal pembangunan badan yang kemarin dibangga-banggakan sudah mulai runtuh
Kemajuan semu sudah semakin menyeret dan mengurai
Pelukan kasih ibu bapak
Dari anak-anak kandung mereka
Krisis sebagaimana kemakmuran duniawi sudah menutup mata
Banyak saudara terhadap saudaranya
daging yang selama ini terus dimanjakan
Kini sudah mengerikan ruh dan jiwa sudah semakin tak ada harganya
masyarakat kemarin yang diam-diam menyaksikan para penguasa sewenang-wenang kini sudah pandai menirukan
Tanda gambar sudah semakin banyak jumlahnya, semakin bertambah pengaruhnya
mengalahkan bendera merah putih dan lambang garuda
Kepentingan pribadi dan golongan sudah semakin melecehkan kebersamaan
rasanya baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
Pahlawan-pahlawan idola bangsa seperti Pangeran Diponegoro, Sisingamaraja, Imam Bonjol, dan Jendral Sudirman sudah dikalahkan oleh doraemon, Conan, Teletubbies, dan sinchan
Rasanya baru kemarin, banyak orang pandai sudah semakin linglung
banyak orang bodoh semakin bingung
Banyak orang kaya semakin kekurangan
banyak orang miskin semakin kecurangan
Rasanya baru kemarin,
tokoh angkatan empat lima sudah banyak yang koma
tokoh angkatan enam-enam sudah banyak yang terbenam
Tokoh-tokoh angkatan selanjutnya sudah tak jelas maunya
rasanya baru kemarin
(hari ini ingin rasanya aku bertanya kepada mereka semua, sudahkah kalian semua benar-benar merdeka?)
Rasanya baru kemarin
Negeri zamrud khatulistiwa kita yang manis sudah terbakar nyaris habis dilalap krisis dan geram anarkis
mereka yang kemarin menikmati pembangunan, sudah banyak yang bersembunyi meninggalkan beban
mereka yang kemarin mencuri kekayaan negeri, sudah meninggalkan utang dan lari mencari selamat sendiri
mereka yang kemarin sudah terbiasa mendapat kemudahan, banyak yang tak rela sendiri kesulitan
mereka yang kemarin mengecam pelecehan hukum, kini sudah banyak yang pintar melecehkan hukum
Rasanya baru kemarin, padahal sudah lebih setengah abad kita merdeka
unjuk rasa mahasiswa-mahasiswa penjaga nurani, sudah dikaburkan oleh demo yang tak murni
para oportunis pun mulai bertampilan, berebut jadi pahlawan
pensiunan-pensiunan politisi sudah bangkit kembali
partai-partai politik sudah bermunculan dalam reinkarnasi
rasanya baru kemarin
tokoh-tokoh orde lama sudah banyak yang mulai menjelma, tokoh-tokoh orde baru mulai menyaru
Rasanya baru kemarin
Pak Harto yang kemarin kita tuhankan, sudah menjadi pesakitan yang sakit-sakitan dan kini tinggal nama
bayang-bayangnya kini sudah berani pergi sendiri atau lenyap seperti disembunyikan bumi
tapi ajaran liciknya sudah mulai dipraktekkan oleh tokoh-tokoh yang merasa tertekan
Rasanya baru kemarin
Wakil rakyat yang kemarin hanya tidur, kini sudah pandai mengatur dan semakin makmur atas kepandaian mereka berdagang sapi, kepentingan-kepentingan merekapun terkemas dalam peratauran yang rapi
hasil reformasi yang dilakukan oleh para politisi, telah menghasilkan kerancuan konstitusi
Kini siapapun bisa menjadi presiden atau menteri, termasuk gelandangan, preman, dan pencuri
Bursa calon presiden pun ramai luar biasa
jendral-jendral berbintang hingga para pengusaha
seniman dan cendekiawan hingga bintang senitron tak mau hanya mengamati dan menonton
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tiga tahun kita merdeka
Mereka yang kemarin dipaksa-paksa sudah mulai berani mencoba memaksa
mereka yang selama ini tiarap ketakutan, sudah banyak yang muncul kepermukaan
mereka kemarin yang terbelenggu sudah mulai lepas kendali melampiaskan nafsu
mereka yang kemarin giat mengingatkan yang lupa sudah mulai banyak yang alpha
Rasanya baru kemarin, padahal sudah enam puluh tiga tahu kita merdeka
Indonesia kita masih dikuasai cukong kepentingan dan bokong
Orang tuaku sudah lama pergi bertapa
anak-anakku sudah pergi berkelana
kakakku dan kawan-kawanku sudah mulai muak menjadi politikus
aku sendiri masih tetap menjadi tikus
rasanya baru kemarin, ternyata sudah enam puluh tiga tahun kita merdeka
(hari ini setelah enam puluh tiga tahun kita merdeka, ingin rasanya aku mengajak kembali mereka semua yang kucinta untuk mensyukuri lebih dalam lagi rahmat kemerdekaan ini dengan mereformasi dan meretas belenggu tirani diri sendiri bagi merahmati sesama, ingin rasanya aku sekali lagi menguak angkasa dengan pekik yang lebih perkasa : Merdeka!)
Tulisan ini saya tulis ulang dari sebuah sobekan koran yang saya temukan disebuah almari dan sudah saya mengganti beberapa kalimat, mangenai nama koran dan penulisnya saya sendiri tidak tahu, karena hanya tinggal tulisan diatas yang ada, semoga bisa menghibur kita sekaligus renungan kita dalam memperingati kemerdekaan ini.
12 komentar:
Idolaku tetep Jendral Sudirman
kalo aku pangeran diponegoro....
KALO aku luna maya..he2..
rosulluloh lah...
Iya sih jadi kita sebagai penerus harus mempertahankan kemerdekaan ini
Kalau menurut saya, kita sebagai rakyat masih belum merdeka karena sampai saat ini hak-hak kita dirampas oleh penguasa dan para pejabat yang mementingkan diri sendiri.
kayakna Mustofa Bisri deh, betul gag yah ?
klo aku mbak yang di foto itu...he2..kabur
Melu-melu nyopo mbak'e.. Halo mbak... Gak due nomer HP?
Untung dari sobekan koran... coba kalo asli dari kang arif berarti.. kang arif tu pejuang tepo doeloe dunk.. ha.ha.ha..
Tapi memang kita harus bisa berempati dan mencoba memandang dari sudut pandang para pendahulu kita.. tentang kemerdekaan yang telah mereka perjuangkan.. dan mengisi kemerdekaan yang merupakan tugas kita sebagai generasi penerus..
iya kang i ketut riasmaja, untung saya nemu disobekan kertas, kalo ga', mungkin saya masih pegang bambu runcing ha...ha...
rasanya kenal deh sama cew yang ada di background itu...
Hayo tebak, siapa pak andy kalo bisa tebak ha..ha...
Posting Komentar